Merdeka

Saudaraku, di atas konteks kebangsaan, maka merdeka adalah sebuah kondisi yang di dalamnya sama sekali tak ada belenggu penjajahan pada: hati, pemikiran, dan raga kita. Jangan mengira bahwa diri sedang merdeka dan secara emosional sedang ingin menjadi pahlawan yang bisa memerdekakan nasib buruk orang lain manakala diri sendiri sedang terjajah secara hati, secara pemikiran atau secara fisik. Allah menetapkan manusia sebagai “Abdun” atau hamba, dengan ciri pengabdian hanya padaNYA, justru untuk menyelamatkan atau memerdekakan manusia dari 3 jenis pemenjaraan di atas.

Terpenjaranya hati bercirikan pada matinya spiritual manusia. Tak berdaya menautkan dirinya pada Allah hingga hati menjadi lemah  bahkan keji karena mudah dipermainkan nafsu dan syahwatnya   (QS. Az-Zumar: 36). Terpenjaranya pemikiran dicirikan dengan tak bertemunya kita pada kebenaran Islam, karena fikiran mogok pada asumsi relativisme kebenaran dan lainnya.

Islam memberi kebebasan pada manusia untuk memilih beriman atau ingkar, tapi setiap pilihan selalu ada konsekwensinya (QS. Al Kahfi 29). Terpenjara secara raga atau fisik adalah, dimana kita tak bisa melakukan keleluasaan kebaikan atau ibadah secara fisik, akibat belenggu nafsu dan syahwat diri sendiri atau tertawan oleh orang lain (QS. Al-Baqarah: 286).

Kemerdekaan manusia adalah saat mereka hanya menjadi hambaNYA saja, yang bebas dari segala jenis penghambaan pada selain Allah, sehingga tak terpenjarakan oleh jebakan nafsu atau syahwat pada hati, fikiran dan raganya, Dengan demikian, kemerdekaan bukanlah kebebasan tanpa arah, melainkan kebebasan yang dilandasi oleh kesadaran akan tanggung jawab kepada Allah dan sesama manusia, yang membawa manusia menuju puncak ketenangan jiwa dan kebahagiaan abadi.

Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, memerdekakan semua pengikutnya  dengan menghijrahkan dari Mekkah ke Madinah untuk melukar semua jenis belenggu kejahiliyaan pada hati, pemikiran dan raga pengikutnya. Nabi Musa As, juga menghijrahkan pengikutnya dari Mesir ke Palestina untuk memerdekakan mereka dari penjara Fir’aun pada hati, fikiran dan raganya. Nabi Ibrahim As, sang kecintaan Allah, berhasil melepas belenggu penjara hati yang sangat penuh cinta pada darah dagingnya, menuju kemerdekaan yang berwujud penghambaan hanya pada Allah saja dengan mengorbankan nabi Ismail As.

Ya Rahman, Jadikan kami bangsa yang merdeka dari segala wujud penindasan dan pemenjaraan pada hati, pemikiran dan raga kami. Aamiin  DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA.