Allah subhanahu wata’ala menjelaskan bahwa khusyuk dalam sholat merupakan salah satu sebab datangnya keberuntungan. “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya.” (QS Al-Mu’minun: 1-2) Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Betapa banyak orang yang sholat tetapi hanya mendapatkan lelah dan letih saja.” (HR An-Nasai). Beliau saw juga mengingatkan: “Ilmu yang pertama kali akan diangkat dari atas muka bumi adalah kekhusyukan.” (HR Ath-Thabrani).
Diantara faktor penting yang bisa membantu kita khusyuk dalam sholat adalah memahami dan menghayati makna batin gerakan-gerakan sholat yang kita lakukan dan bacaan-bacaan sholat yang kita ucapkan. Setidaknya ada enam unsur yang harus diperhatikan di dalam shalat. Diantaranya adalah faktor Hudurul Qalbi yaitu hati yang hadir bersama badan. Kapan hati bisa hadir pada badan? Bila perhatian utama kita ada pada pekerjaan yang kita lakukan. Bayangkan bila kita sakit perut luar biasa, tentu perhatian kita sangat terfokus pada perut kita. Tidak ada hal lain yang memecahkan perhatian kita. Demikian pula dalam shalat bila kita bisa melakukannya. Kapan perhatian hadir pada pekerjaan? Bila ia mengetahui manfaat dari pekerjaan (shalat) itu. Bila kita menyadari betapa banyak pahala yang bisa diperoleh dari shalat. Betapa kita membutuhkan Allah untuk memohon bimbingan, rahmat, rezeki dsb.
Faktor kedua adalah Tafahum atau mengarahkan pikiran dan perhatian agar kita mengerti dengan apa yang kita ucapkan dan apa yang kita kerjakan. Tafahum ini berkaitan dengan ilmu, yaitu ilmu agama Islam. Seberapa jauh kita telah mencoba menggali makna-makna dari shalat kita. Seberapa banyak waktu yang kita luangkan untuk belajar agama kita yang akan menjamin hidup kita di akhirat? Oleh karena itu, usahakan untuk tetap memberikan porsi kepada diri kita untuk belajar Islam.
Sebagai contoh tafahum, Takbiratul Ihram. Pahamilah bahwa kalimat itu berarti tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang lebih besar dari Allah. Pekerjaan kita, harta, anak dan istri kita adalah hal-hal yang bisa melalaikan kita. Kemudian cobalah untuk bersujud yang lama. Pahamilah manfaatnya, yaitu dapat menurunkan ego kita. Cobalah untuk mengucapkan doa sujud lebih dari tiga kali. Insya Allah sujud yang lama dan bacaan yang diulang berkali-kali akan membuat kita merasakan ke-Maha Suci-an, ke-Maha Tinggi-an Allah SWT.
Faktor ketiga adalah Ta’dhim, yaitu sikap menampakkan pengagungan kepada Allah SWT sepanjang melakukan shalat. Mari kita mengartikan sebagian doa iftitah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah untuk Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam” dan “Aku hidup dengan pertolongan dan rahmatMu, dan kepadaMu aku kembali. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Aku minta ampun dan bertaubat kepadaMu.” Bayangkan bila kita bisa menghadirkan perasaan dari ucapan kita ketika membaca doa iftitah sepanjang shalat kita, akan begitu ta’dhim kita kepada Allah.
Faktor keempat adalah Haibah, yaitu menghadirkan rasa takut kepada Allah. Cobalah untuk membayangkan bagaimana kekuasaan Allah menghancurkan orang-orang yang berani terhadap Allah. Bagaimana Allah menyiksa orang-orang yang selama hidupnya telah lalai dan berani menentang Allah.. Oleh sebab itu cobalah pada saat shalat kita menyadari kesalahan-kesalahan kita dan menyadari betapa besar dan pedihnya siksaan Allah kepada orang-orang yang menentang-Nya.
Kemudian faktor kelimat adalah Raja’, yaitu menghadirkan rasa harap kepada Allah. Di samping rasa takut kita juga harus menghadirkan rasa harap kepada Allah. Karena dengan demikian akan seimbang antara takut dan harapan untuk mendapatkan rezeki, pahala dan akhir yang baik di akhirat nanti. Coba perhatikan kembali makna doa duduk diantara dua sujud.
Kemudian faktor keenam adalah Haya’, yaitu menghadirkan rasa malu karena baru sedikit menanamkan kebaikan. Menghadirkan rasa malu penting, ini berkaitan dengan rasa takut. Karena malulah kita berusaha untuk khusyu’ dalam shalat karena perbandingan antara menanam kebaikan dengan dosa-dosa yang telah kita perbuat sangat jauh.
Demikianlah enam unsur yang harus ada di dalam shalat. Semoga kita adalah orang-orang yang dapat khusyu’ melakukan shalat. Karena shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain, seperti yang terdapat dalam ayat ini: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadatibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS. Al-Ankabuut (29):45]